Madura dan Kesenian yang Unik


(Sebuah Catatan  Apresiatif Atas Lukisan Sanusi, Perupa Sampang)
Oleh Moh. Ghufron Cholid

Sampang tak mesti harus dikaitkan dengan pendidikan yang terbelakang. Tak mesti pula dikaitkan dengan daerah yang akrab dengan banjir sebab ternyata Sampang menyimpan potensi luar biasa khususnya kesenian lukisan.

Sanusi adalah salah satu dari sekian nama yang baru saya kenal di sebuah tempat ngopi bernama Kopi Sultan di daerah Barisan Sampang. Penampilannya yang artistik membuat saya tertarik berkenalan dan ingin mendalami kelebihan apa kiranya yang dimiliki.

Sanusi, seorang perupa muda yang low profil yang dari tangannya yang cekatan mencoba menerjemahkan Madura dalam lukisannya.

Saya menemukan adanya semacam keyakinan yang begitu kuat dalam hati Sanusi bahwa orang Madura begitu kuat dan berkesenian dan berkebudayaan. Tak tanggung-tanggung dianya tertancap dalam Sanubari.

Namun Sanusi tak menampik adanya pergolakan yang tak bisa disangkal bahwa kemajuan teknologi mampu menjadikan hal hal yang paling berharga lambat laun akan menjauh.

Kegigihan orang Madura yang telah mendarah daging sangat memukau untuk ditelaah. Sanusi melukiskan orang Madura yang sangat setia merawat khazanah moyang sepenuh jiwa meski dengan kekuatan yang semakin manula.

Percepatan waktu dalam lukisan ini seakan ingin mengajari batin saya sebagai penikmat lukisan bahwa hakikatnya manusia Madura dilahirkan sebagai petarung tangguh. Betapapun banyak badai menerpa keteguhan merawat khazanah moyang akan tetap terjaga. Namun betapapun perjuangan super ekstra diberikan tak bisa disangkal seleksi waktu akan senantiasa ada.

Sebagai penutup saya seakan menemukan isyarat yang diberikan Sanusi dalam lukisannya bahwa orang Madura begitu teguh merawat apa yang diyakininya.

Namun betapapun orang Madura berjuan, seleksi waktu terus berjalan untuk menjadi pijakan manusia berjuang tidak boleh anti kemajuan teknologi sebab teknologi ada bukan untuk dimusuhi dan ditakuti melainkan untuk dijalani. Yang mengingkari akan tertelan waktu.

Bisa saja bermakna generasi Madura kuat memegang khazanah Madura sampai akhir hayat namun mesti ada penyeimbang dengan kemajuan teknologi.

Madura, 2017

Biodata Penulis
Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena Moh. Gufron, S.Sos.I, lahir di Bangkalan, 7 Januari 1986 M. Menulis puisi, cerpen, pantun dan esai serta penikmat lukisan utamanya pelukis Sampang.

Publisher. Muhri Andika
Sumber. mediaharapan.com

Posting Komentar

emo-but-icon

Hot in week

Recent

Comments

item